*Jerry
Jerry, nama itu selalu saja ada dalam benaku, dan selalu teringat dalam memoriku. Walaupun sudah 2tahun yang lalu aku tak pernah bertemu dengannya semenjak dia lulus. Banyak penyesalan dalam diriku yang tak pernah memberi sikap maupun kesempatan padanya untuk memilikiku, walau memang sebenarnya aku mencintainya.
Seperti hari- hari yang memboosankan di sekolah, dan seperti biasa,tampak anak- anak yang sedang berlarian di koridor depan kelas- kelas sekolah. Juga nampak sarang burung yang baru saja terlihat semenjak beberapa hari ini. Di lapangan basket juga terlihat seperti biasa, anak- anak olahraga dengan sombong dan angkuhnya memamerkan kebolehannya sekalian terkadang menggoda cewek- cewek yang sedang menontoni mereka dengan asyik. Tapi ada satu yang paling membuat keki, pasangan- pasangan bak romeo- julliet SMA TUNAS REMAJA di depan- depan kelas yang selalu saja asyik walaupun tak ada lagi sebenarnya yang akan dibahas. Jadi, ya dari kemarin ya itu- itu aja yang dibahas.
Aku yang sedang termenung memang sangat bosan untuk menceritakannya lagi. Lagi- lagi wajah Jerry nampak untuk sejenak di kepalaku. Aku hanya berpikir, seandainya nanti lulus pasti hanya aku yang tidak mempunyaii cerita menarik di sekolah. Lalu aku selalu tebuai dalam lamunanku pada akhirnya. Tiba- tiba ada tangan yang menyentuh pundakku. “Taraaaaa” Dessy mengagetiku “ngapain lo lagi- lagi di sini kayak orang belum sarapan aja.hahaha”
“ah, enggak!!” aku yang terbangun dari lamunan mengelak “ngapain sih lo ngagetin gw aja, untung gw gak punya penyakit asma”
“Jantung kali nek…” Anti yang baru datang nyamber ajah udah kayak silat lidah “kenapa lagi sih Des, temen kita yang satu ini…??” matanya mendelik ke Dessy seakan memberi isyarat.
“Morning every body!!!” Kiki yang selalu saja sok Inggris baru datang “uh,,,pasti ngelamun lagi ya Des,,,??” Tanya Kiki.
“Udah deh,,,,” aku mulai malas untuk membahas “tumben lo pada pagi datengnya?? apalagi lo An, bukannya lo paling sering telat?? make up lo masih kacau tuh…!! Anti langsung mengeluarkan cermin yang biasa dan selalu ia bawa dikeluarkan dari tas kecil di dalam tas sekolahnya yang besar.
“Ah, lo bisa ajah…ngeledek lo!!! Hu… dah cantik- cantik gini juga” Anti menyorakiku yang mulai iseng.
Tak lama kemudian, bel sekolah pun berbunyi. Pelajaran pertama, pelajaran matematika, Pak Anto mulai memasuki kelas “Pagi anak- annak sekalian” ujar Pak Anto seperti biasanya, dan anak- anak pun selalu menjawab pagi pak”. Raut wajah tegang sudah mulai terlihat satu persatu dari para siswa- sisiwi penerus bangsa. Maklum aja, Pak Anto memang salah satu guru killer yang mematikan para siswanya. Belum lagi peer yang selalu ia berikan dan tak satupun dari anak- anak yang bisa menjawab.
Akhirnya setelah sekian lama berada di sekolah yang sangat membosankan itu,
bel pulang berbunyi, dan siswa- siswi seperti biasanya langsung ngeloyor keluar. Ada yang langsung beli es cendol, kentang goreng, atau ngumpul dengan gank-nya masing- masing.
Dessy, Anti, Kiki, juga aku seperti biasa juga langsung ke rumah Dessy yang memang lokasinya tak jauh dari sekolah. Jakarta memang sedang tak mendukung untuk para ABG jalan keluar, karena sengatan matahari yang begitu terik, Tapi, setelah kami sampai di tujuan, langsung Dessy menyalakan AC dan nebgeluarkan sebotol air dingin dari dalam kulkas.
“Nah, gitu kek dari tadi, aus banget nih” ujar Kiki, keringatnya sudah membasahi ujung- ujung rambutnya.
“Duh,,,kulit gw udah mulai kering nih, panas banget!!” Anti mengeluh dan mengambil hand-body yang selalu ia bawa dalam perlengkapan kosmetiknya.
Aku yang dari tadi cuman kipas- kipas kepanasan, mulai teringat lagi akan cowok berinisial “J” itu, Terbayang jelas wajahnya kini dalam benaku. Tanpa memperhatikan yang lain aku terus saja memikirkan Jerry.
“Hallow…..!!!” Kiki kini mengagetiku “nih, yang kayak gini, pasti lagi mikirin alumni pujaannya itu, Lagian gw masih bingung Tik sama lo” Kiki mulai mengekspresikan mukanya bingung “Gw masih gak ngerti kenapa sih lo masih aja bisa kebayang sama cowok yang udah gak ketemu sama lo 2tahun??!!” tegas Kiki, Anti dan Dessy hanya meng angguk- angguk setuju dengan pernyataan Kiki.
“Gw juga gak ngerti…” jawabku seakan menyesal dengan kebiasaanku yang sering melamun karena Jerry.
“Gini aja, kan anak- anak Pencinta Alam pada pengen naek gunung, mending kita ikutan aja yuk” Ajak Anti. “Sekalian, dari pada lo ngelamun mulu, gimana?”
“Ah, bilang aja lo sekalian mau ngecengin anak- anak PA” saut Dessy ketus. “lagian Tika mana bisa?? liat aja tuh mukanya masih diem- diem bloon”
“Wah, tapi boleh juga tuh” ujar Kiki. “Kapan tuh emangnya??”
“3hari lagi sih” jawab Anti “jadi, pada setuju kan kalo kita ikut??” tegas Anti sekali lagi.
“yup” Kiki semangat, sementera Dessy hanya mengagguk- angguk setuju,sedangkan aku hanya pasrah ikut jawaban yang lain.
*PERSIAPAN
Sehari sebelum keberangkatan aku melakukan kegiatan yang sangat padat. Kamarku sudah seperti kapal pecah saking berantakannya, aku mengepak barang untuk pendakian besok. Ya, pikirku lumayan karena dapat dispensasi sekolah. Pulsapun juga sudah banyak tersedot oleh operator. Karena sibuknya aku sehingga, selalu saja menelpon Anti, Dessy juga Kiki untuk konfirmasi.
“Lo bengong mulu sih,gw kan udah kasih tau, barang apaan aja yang harus dibawa” Terdengar suara Anti yang mulai tak sabar di seberang saluran telepon, “Baju hangat, selimut, senter,kupluk, panci, centong,…”Anti mulai membuatku bingung. Langsung saja aku menutup telepon dan mengepak barang yang aku rasa perlukan untuk pergi mendaki.
Mentari bersinar cerah, suara burung- burung menyambut cerahnya hari, udara dingin juga masih terasa di kota yang panas ini. Ayam- ayam tetangga mulai berserakan ketika diberi pur ayam. Lalu aku bergegas untuk mandi, dan memandang foto Jerry sekilas. Lalu aku kembali melanjutkan langkahku ke kamar mandi, tetapi, baru selangkah aku berjalan, foto Jerry terjatuh kesenggol handuk. bingkainya yang kubuat sendiri, pecah berantakan, Aku memiliki firasat buruk, tapi aku tak menghiraukan karena aku memang sedang terburu- buru saat itu.
Aku telah siap dan berangkat menuju gerbang sekolah, pagar biru sekolah, dihiasi anak- anak PA yang mau berangkat. Di sana telah terlihat Dessy, Anti, dan Kiki. kami langsung berbaur dan hanyut dalam suasana ceria itu. Kami bercanda dan saling menanyakan bekal apa saja yang dibawa. Tak lupa mengingatkan akan makanan ringan yang bisa disantap dalam perjalanan nanti. Tak lama kemudian truk yang mengangkut kami berangkat, dan kami yang berbaur dengan anak- anak PA bernyanyi untuk melepaskan resa bosan saat perjalanan.
*SAMPAI DI LOKASI, SIAPA??
Siang itu aku dan teman- teman pergi ke luar kota untuk mendaki sebuah gunung yang tingginya sekitar 1000m di atas permukaan laut. Hingga pukul 17.00, kami tiba di kaki gunung. Betapa senangnya aku yang melihat daerah yang masih sangat natural. Pohon- pohon yang rimbun, aku sampai terpaku melihat keadaan yang begitu menakjubkan. Aku memang sangat jarang ke tempat- tempat seperti ini. Sungai- sungai mengalirkan air yang sangat bening, juga mata air banyak terlihat di tiap- tiap. Jalan yang masih berupa semak belukar masih sangat banyak. Begitu mengerikan, tapi aku sangat senang. Sepintas aku berpikir tentang Jery, seandainya saja aku bersama dia, pikirku. Tapi aku mulai terbawa suasana, dan aku berpikir untuk harus melupakannya. Aku tak mau terus dihantui oleh bayang- bayang Jerry.
Banyak rintangan yang aku lalui selama mendaki, tetapi tak ada satupun dari kami yang mengeluh, karena perjalanan itu memang mengasyikan dan aku yakin saat- saat itu akan menjadi kenangan yang tak akan pernah terlupa.
“huh,coba kalo ada co yang gw sayang di sini…pasti bakalan lebih asik nih…” Dessy bicara enteng, seraya selalu saja memegang dan tida pernah dilepaskan, yaitu cermin.
“Udah deh…tenang ja kali…yang penting kan kita fun lagian juga percuma kali. Gw kan udah lama banget gag ketemu co yang gw sayang..hehe” aku menjawab dengan senyum- senyum pahit (obat kali pahit !!! haghagahgagag).
“o iya ya,Jerry kan udah gag pernah keliatan ya…cie cie cie…jadi inget nih ceritanya…??!!” Ledek Dessy. Suaranya agak ter engal- engal karena lokasi yang sedang menanjak.
“Apaan sih…udah deh!!!jangan di bahas.. coba dulu dia gw terima ya… gag bakalan jadi cerita sedih kayak gini kali…” Jawabku, sambil memandang ke ujung- ujung pohon yang tinggi dan mengkhayal kalau saja memang aku dulu menerima Jerrt untuk menjadi pacarnya.
Memang sampai saat ini aku masih saja teringat dan dihantui oleh seorang co berinisial “J” itu.
“udah donk Tika… masih banyak kali cowok yang mau sama lo.. kenapa sih lo masih aja nunggu Jerry…??!!?” Tanya Dessy dengan wajah bosan mendengar cerita yang sering kukeluarkan.
“mmm….iya juga sih ya…tapi susah kali Des,, dia tuh beda banget, padahal dulu banyak yang suka sama dia…tapi kenapa dia masih aja ngarep gw ??!? baru sekali tuh gw ketemu sama cowok kayak gitu..” Jawabku kesal, Anti, Dessy, Juga Kiki melihatku seakan mereka mengerti apa yang sedang kurasakan.
Panjang lebar kami saling melacur (melakukan curhat…haghagahg) tak terasa kami telah sampai di puncak tepat pukul 23.00. lalu semua peserta mendirikan tenda- tenda kecil untuk menaruh barang. “Tuh kan…coba kalo punya pacar…gag usah susah – susah bikin tenda deh…” Anti mulai komentar. “udah deh, otak lo tuh Cuma Cowok aja..” jawab Dessy.
Semua peserta tampak sibuk membangun tenda. Kamipun membagi tugas agar tenda semakin cepat selesai didirikan.
“tak, tok, tak, tok” suara palu ketika kami memasang pasak untuk tenda.
Lalu setelah tenda selesai di bangun, aku melihat- lihat pemandangan yang sangat indah dari sana. Aku pun terbawa suasana sehingga kakiku melangkah dengan sendirinya. Mataku berputar melihat sekeliling. Tak sadar aku semakin jauh dari camp. Tak lama kemudian kabut turun, lalu aku berjalan mencari jalan untuk ke camp, tiba- tiba aku menginjak sesuatu dan terjatuh. Aku teriak tapi tak ada seorangpun yang datang. Leih – lebih aku malah kehilangan jalan unuk kembali ke camp. Tiba- tiba ada sosok seseorang yang datang menghampiriku dari tumpukan kabut yang membuatku tak dapat melihat ke mana arah jalan kenmbali ke camp. Ternyata sosok itu adalah cowok yang terlihat dari seragamnya adalah mahasiswa dari salah satu universitas di Jakarta.
“Kamu pasti terjatuh ya...?” cowok itu berkata sambil tersenyum ramah kepadaku seakan- akan tak terjadi apa- apa.
“Jerry?!!” aku tersentak begitu melihat lelaki itu. Dia sangat mirip dengan Jerry, yang ada dalam pikiranku apakah itu Jerry, ataukah kembarannya.
“E-e-em- maaf gw Johan dari universitas nasional. Kalo boleh tau kok bisa sampe sini sendirian sih...?? bahaya tau, kabarnya di gunung ini banyak orang hilang yang sampe sekarang belum ditemuin” Jawabnya akrab seakan-akan dia telah kenal lama denganku. Ternyata aku keliru, ia memang sangat mirip dengan Jerry, tapi aku salah orang. Walaupun memang dia Jerry, mana mungkin ia masih mengenaliku.
“Ah, yang bener kak...?jangan bikin orang tambah takut donk...!!!” bulu kuduk ku mulai semakin berdiri. Aku merasa ada yang aneh dan tidak wajar. Tapi akku meyakinkan diri bahwa semua di kategori normal.
“O iya, kebetulan gw ada p3k nih, bentar ya...mau di obatin gag...??”tanya Johan sambil tersenyum ramah.
“boleh deh...tapi jangan sampe sakit ya...kalo sampe sakit biarin aja gw teriak!!!” ku mulai meledeknya untuk mencairkan rasa takut dalam diriku.
”mana ada kali... yangnamanya diobatin gag sakit...hahahah, ada- ada aja nih...” Johan tertawa meledek sambil mulai membuka kotak p3k yang ia bawa lalu mengobatiku. Kumulai merasa ada sesuatu yang ganjil dari Johan, ada perasaan nyaman disampingnya,,,”apakah aku jatuh cinta??? Aghhh........... tidak........ jangan sampe deh, masa baru kenal dah jatuh cinta, paling- paling juga cuman kagum aja” kubicara dalam hati sambil memandang wajah Johan dalam- dalam.
”kenapa?? Ada yang aneh?? ”Johan tiba- tiba bertanya. Johan terlihat sangat serius dan terlihat dia telah biasa menangani luka- luka macam lukaku ini.
”Ah,gag kak... ga apa- apa kok” kumulai salah tingkah. ”aduh.... kok gw jadi salting gini sih...??biasa, biasa, biasa” kumulai bicara lagi dalam hati.
”Awas, jangan bengong...haghaghag,,” ledek Johan tiba- tiba ”o iya, camp kamu di mana?” tanya Johan melanjutkan ledekannya.
”mmmm...duh, gag tau juga deh kak... soalnya tadi kabut tebel banget, jadi aku jalan aja ngikutin jalan” jawabku enteng, sambil melihat sekitar yang sudah penuh dengan kabut.
”ugh,,, dasar anak jaman sekarang, emang gag bawa kompas??” tanya Johan kembali. ”duh kak... kalo bawa juga aku gag tau tadi jalan dari arah mana..” jawabku lebih enteng.
”yaudah, gini aja...gimana kalo aku temenin kamu nyari camp kamu, aku lumayan hafal kok jalan di sini” ajak Johan ramah. Aku yang merasa baru kenal dengannya, merasa agak curiga walaupun Johan ter lihat sangat meyakinkan.
”gimana kak ya...ntar aku diculik kakak lagi,,,hehehe” jawabku meledek, seraya mengalihkan pembicaraan.
”rugi banget gw nyulik kamu... repot, ntar ngabisin nasi...haghaghag” ledek Johan.
”mmm,,boleh deh kak, tapi jangan sampe camp ya kak...soalnya aku takut di marahin kalo datengnya sama cowok” tawarku mengajukan persyaratan, aku memang menyetujui, tapi aku harus tetap waspada pada apa yang akan terjadi nanti.
”iya deh, yang penting kamu sampe camp kamu aja dulu...” jawab Johan sambil merapihkan kotak p3k- nya.
”ayo deh, keburu nanti temen- temen kamu nyariin” ajak Johan sambil mengulurkan tangannya mengajak ku.
Johan membantu merangkulku selama berjalan, dalam hatiku berkata ”ini cowok baek banget ya sama gw,,, apa dia nyata...?? gag nyangka gw malem- malem gini dapet kenalan cowok ganteng lagi” aku sambil senyum- senyum sendiri.
”Kenapa?? Jangan- jangan kamu gila ya, senyum- senyum sendiri aja...haha” Johan meledek.
”apan sih kak...abis lucu aja ngeliat kakak” jawabku dengan perasaan yang sangat nyaman.
”Lucu?!emang gw badut apa,,,??hahaha, kamu juga lucu, udah tau kesasar, masih aja bisa tenang ketawa- tawa” ejek Johan.
”hahaha, o iya kak, cewek kakak gag marah nih kalo ngeliat kakak berdua sama aku...?” tanyaku takut.
”aku dah lama kali gag pacaran,,,masih ngarep someone gitu deh..hehe” Johan tersenyum tipis dan terlihat ada yang disembunyikannya.
”siapa tuh kak...?masa sih kakak gag punya cewek kak...??” tanyaku tak percaya melihat cowok tampan, baik, dan setulus Johan masih jomblo.
”beneran?? pengen tau siapa...???!! mmm... cari aja di internet, akses di internet kan sekarang luas, hahahhahahaha” ledek Johan.
”Ah, ga seru nih kakak,, siapa kak...??ntar aku bantuin deh kak...” aku sambil manancungkan jari tengah dan telunjuk meyakinkan.
”Gak mungkin deh kamu bisa bantu aku, lagian percuma, dia udah beda alam denganku...” Jawab Johan dengan tatapan kosong yang membuat bulu kudukku berdiri seketika.
”oh,,,maaf kak...” jawabku penuh rasa penyesalan. ”yaudah, tenang kak, aku yakin kok kak, kak Johan pasti bisa dapetin cewek yang baik buat kakak” support- ku.
”Gag tau deh ya,,,hehe” senyum kak Johan.
Sudah lama kami berjalan tapi kami belum juga menemukan camp ku. Tapi anehnya, aku tak khawatir karena ada Johan yang membuatku benar- benar nyaman di sampingnya.
”kak, capek nih,,,istirahat dulu ya...” pintaku manja.
”yaudah istirahat aja dulu kalo emang capek” jawab Johan tulus. ” nih,untung aku bawa air ke mana- mana” Johan mengeluarkan sebotol air dari tas kecilnya.
”gluk, gluk, gluk, hachim...”aku keselek.
”hahahaha, makanya kalo minum tuh pelan- pelan” Johan tertawa.
”Kak, boleh pinjem pundaknya ya...” pintaku sambil menyenderkan kepalaku di pundak Johan.
”dasar anak cewek jaman sekarang, haha” ledek Johan. Tak terasa ternyata aku tertidur di pundak Johan.
Cerita bersambung ke Dia part 2 ya sob.. ^_^
lanjutkan !!!
BalasHapusheheh
hehe,,,tenang,,,akan ku lanjud,,,h0h0
BalasHapus