Sabtu, 29 November 2014

Sedikit Share

Sample sedikit sebelum produksi penuh dari film pendek w/ Lowo Awan Production :D

           

Kamis, 20 November 2014

No More Drama Chapter 1 - "Kita pengedar, dulunya"

"PERSAHABATAN ITU SEINDAH KEHANCURAN ATLANTIS YANG HINGGA BUKAN MASANYA DAPAT BANYAK DIPERBINCANGKAN. BEGITU PULA CINTA, MISTERINYA MEMBUAT ANGINPUN TERHENTI SEJENAK MENCURI KESEJUKAN PEMILIKNYA”

Sore itu angin berhembus kencang di suatu atas bangunan tinggi. di bawahnya terlihat buram kendaraan lalu lalang meramaikan tengah kota. Sinar senja membuat sore itu enak dilihat menutupi Crowded kota.

Seorang pria tampak sedang berdiri sendirian di satu sisi di atas bangunan tersebut. Menyandarkan tubuhnya. topi hitam pendek terlihat menutupi bagian atas kepala. tangannya terlihat asik berdansa dengan pulpen yang di pegangnya. menari membuat susunan kata di atas note kusam.

Ditengah asiknya pria tersebut menikmati sore tersebut, tampak muncul wanita dengan rambut coklat sebahu. parasnya cantik dengan hidung mancung, tulang pipi menonjol. meski matanya menunjukan dia sedang dalam perasaan yang... yang... mungkin hanya wanita yang tahu. Celana jeans biru dengan rompi biru dengan sedikit robekan menutupi tubuhnya yang langsing, padat berisi dan tinggi.

Wanita itu berjalan pelan melewati pria yang sedang bersender tadi tanpa menoleh, memperhatikan si pria dan tidak tahu bahwa pria itu sedang mengamatinya.

Kini pulpen yang sedang menari itu berhenti menggantung di atas note. Mata pria itu melirik memperhatikan wanita yang sedang tepat melewati dirinya.

Terus memperhatikan wanita itu, sampai si wanita berada di sisi depan atas bangunan itu. Kini dengan langkah santai pria itu mulai mendekati wanita yang dirasanya sedang...entahlah.

"Biasanya, orang yang datang ke sini sendirian itu, kalo bukan lagi sedih, frustasi, ingin bunuh diri, atau... yahh hampir ga ada yang lagi seneng" Kata pria tersebut sambil melihat ke bawah, bahwa sore itu tengah kota sedang macet.

"Maksudnya?" Tampak wajah tidak senang dari si wanita.

Kini si pria menutup notenya, membalikkan badan dan mengambil sebatang rokok dan menyalakannya. asap rokok itu terlihat mengepul di depan mukanya.
"Kalo setiap masalah diselesaiin dengan cara lompat dari gedung, kayaknya Kota ini ga bakalan macet deh" Lanjut pria tersebut.

"Kamu pikir aku bakalan lompat?" mata wanita itu melirik sedikit, lalu melihat kota dan memalingkan matanya lagi ke atas.

"Kalo dilihat dari sisa kerak air mata kamu,,, iya!" Pria itu kini memutar lehernya ke arah wanita itu dan mulai mendekati si wanita.

"Pandu" Lanjut lelaki tersebut sambil mengulurkan tangannya.

"Arin" wanita itu meraih uluran tangan Pandu.



Kini keduanya terlihat sedang asik mengobrol, Pandu mencoba membuat Arin tersenyum. Raut wajah Arin pun kini tak lagi menunjukkan kesedihan.

di tengah asiknya mereka mengobrol, tiba - tiba ada burung merpati yang terjatuh dari gerombolannya dan tergeletak tidak jauh dari mereka berdua. Arin yang melihat burung itu cepat melangkah dan mengangkat burung yang terjatuh tersebut.

 Arin membawa burung itu mendekati Pandu.
"Cowok apa cewek ini?" Tanya Arin sedikit berteriak sambil menunjukan burung itu

"Aku sering salah buat tau cowok apa cewek. Tadi aja aku pikir kamu itu cowok" jawab Pandu yang juga sedikit berteriak.

"Rese" Arin tersenyum.

"Ini... Lukanya lumayan" Arin menunjukan luka di sayap kanan burung itu.

"Hmm.. pantesan bisa nyasar kesini" Pandu melihat burung itu dengan mengusap - usap dagunya seakan sedang meneliti suatu kasus penting.

"Kayaknya ga lama lagi, pergi tuh" Lanjut Pandu menunjuk mata burung tersebut yang mulai sayu, lelah, berjuang untuk hidup.

"yahh jangan mati dong burungggg" Arin berbicara ke arah burung tersebut sembari mengusap - usap kepala burung itu.

Tapi apa daya, burung itu tak kuat memperjuangkannya lagi. Matanya kini terpejam untuk selamanya.

"Baru mau di bawa pulang, baru aja nemuin, eh mati duluan" Sesal Arin

"Kenapa ya, Tiap pertemuan itu pasti ada perpisahannya?" tanya arin. Tangannya tampak masih memegang burung dara yang sudah mati.

Pandu mendengar pertanyaan Arin, lalu tersenyum dan membalikkan badannya melihat ke arah kota. Matanya menunjukan bahwa ia tiba - tiba teringat suatu kejadian yang paling tidak ingin diingatnya. Sebuah perpisahan.

"hnggg, kamu gak apa - apa?" Tanya Arin. 

"Keinget pacar ya? apa mantan?hehe..." Lanjut Arin sedikit meledek.

menyadari itu, Pandu langsung kembali ke dunia nyata dan berkata "Hah? bukan..."

"Sahabat" Tak lama mata Pandu kembali kosong.

"Meninggal?"

"Kita pengedar, dulunya" lanjut Pandu dan mulai menceritakan sahabatnya kepada Arin.

-----------------------------------------------------------------



Minggu, 05 Oktober 2014

Idul Adha, Hanya Berkorban Hewan Kurban?



Kisah inspiratif terkait ketaatan total dan pengorbanan sepenuhnya dalam melaksanakan perintah Allah Swt. Salah satu kisah paling menarik adalah kisah ketaatan dan pengorbanan Nabi Ibrahim As dan Nabi Ismail As. Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Nabi Ismail As, puteranya.









Bukan Ilustrasi Cerita



Barangkali ada diantara kita yang mengangggap kisah di atas memang luar biasa tapi tetap saja berat untuk ditiru dikarenakan lakon kisah tersebut adalah seorang nabi Realitanya tidak murni demikian.


Mungkin iya berat bagi kita untuk meniru mentalitas Nabi Ibrahim As yang dengan teguh menjalankan perintah Tuhannya, akan tetapi sangat besar peluang bagi kita untuk meniru dan mencontoh mentalitas Nabi Ismail muda, yang ketika itu belum diangkat menjadi nabi, dalam hal ketaatan kepada perintah Allah Swt.


Hanya saja bagaimana tentang kita? Seberapa besar pengorbanan kita? masih terlalu banyak menuntutkah? Tanpa adanya kontribusi yang kongkrit.


Sebuah bentuk pengorbanan bukan hanya sekedar materi, meskipun sebagian kita mendeskripsikan demikian dalam realitanya. Sangat banyak yang bisa dijadikan sebagai bentuk pengorbanan. Bisa aja kita mulai melakukan pengorbanan dengan hal yang sangat kecil.


Entah kenapa kita teriak bila melihat negara lain lebih bersih dari negara kita. Apa pernah kita menyempatkan waktu sedikit untuk memungut & membuang sampah yang tepat ada di depan kita ketika kita bersantai?


Entah kenapa kita selalu salut ketika ada korupsi di negara ini. Apakah kita sudah melakukan pekerjaan dengan tepat waktu?


Entah kenapa kita selalu menghujat ketika ada sebuah peraturan baru, sementara kita selalu menuntut perubahan. Apakah kita sudah mengikuti aturan tersebut?
Hmmm, ternyata cukup banyak pengorbanan yang dapat kita lakuin yah, intinya kita mulai dari hal sekecil mungkin dan dari diri sendiri ;)) 

Sabtu, 04 Oktober 2014

Sama Yang Beda - Chapter 1

"Srek srek srek srek", suara itu terdengar begitu cepat dari seorang anak yang memakai seragam putih biru pada sebuah trotoar yang diramaikan oleh pedagang kaki lima yang menjual tempura, cilok, sampai aksesoris remaja. Tepat di tengah simpang empat jalan itu, jam raksasa menunjukan pukul 15.30. Derungan mesin pun bersorak liar, padat bak supporter debat presiden, panas!

Gilang terlihat cukup terengah - engah. Pundaknya naik turun dengan cepat, hembusan panas begitu terasa keluar dari bibirnya. Keringatnya kini telah memandikan sebagian tubuhnya, mengklimisi rambutnya dan membuat warna merah jelas terlihat dalam balutan kain putih yang dikenakannya.

Jumat, 03 Oktober 2014

Rajutan Biru


Ketika itu tak tersadarkan, keinginan untuk melepas Hasrat
Yang kini hanya menjadi sebuah penyesalan Pekat
Dalam rongga maupun tiap inci sel-sel yang menari Kilat
Dalam memori keinginan, Kini terbang jauh melesat

Individu itu menyendiri, merebahkan dirinya dalam sebuah kesunyian samudra mimpi. Mengalir, menari, menerawang jauh untuk memahami sebuah keinginan dirinya. Bertemankan Bruno Mars - When I was your man, juga secangkir kopi hitam pekat.

Dinginnya kota malam itu cukup untuk menyileti keperihan yang ia sesalkan, menyesal telah melupakan banyak deretan kata yang ia lontarkan. Kini sudah tertelan. Derungan jalanan pun menyemarakan nada-nada kesakitan dalam kepalanya.



Rentetan kata mulai menyatu dalam kegilaan fantasinya. mencoba merayu saraf yang melilit.
"Kini kusadari, yang lalu sudah terkikis  air garam
Rajutan itu, biru. Tak mungkin lagi kulepas, kusatukan dengan birunya langit juga laut"



Sabtu, 26 Juli 2014

Ini BODOH

Manusia, adalah makhluk yang selalu berubah2. Sedari manusia itu hanya bisa merengek dalam pelukan ibu, sampai manusia itu bisa berlari kencang meninggalkan ibu.

Suatu kebodohan yang amat sangat apabila kita tak menoleh ke belakang untuk mengetahui diri ini seperti apa, sebagaimana. Mungkin, benar kata mereka. Ambisi keras akan masa depan yang benar2 telah melupakan memori diri sendiri. Yang bahkan selama ini melekat pada diri!

Ironis, dari sekian banyak warna yang telah mengisi, mengiringi perjalanan hidup ini. Sempatnya KAU benar2 melupakan siapa dirimu, apa yang engkau suka, apa yang benar2 dapat membuatmu bahagia.

Satu warna yang terlupakan, warna dimana itu menjadi nama sebuah kelompok kecil pemimpi "CIELS", yang pudar termakan waktu. warna yang selalu KAU pandangi ketika kau sendiri di sebuah lapang, berlarian. Warna yang selalu KAU pakai untuk menuai ilmu!!!

Sabtu, 19 Juli 2014

Capek, Menyerah, SEGITU DOANG?!!!


Pecah, tersapu kayak puing2 cangkir yang terisi air terlalu panas ketika membuat kopi, lalu berantakan. Ya, sama seperti otak ketika mulai panas dengan semua macam bentuk perintah dari eksternal maupun internal. Semua menjadi satu dari segala macam bentuk zat warna kimia yang tidak sehat. Berwarna itu indah bukan ? ya, indah ketika kita hanya melihatnya. BUKAN UNTUK DIMAKAN.

Banyak faktor yang mulai menjadi satu dan bergerumul seperti untaian benang layangan yang menggeletak dan kusut. Mungkin bisa kita melepas simpul2 yang terjadi begitu saja. Mungkinkah kita kuat dengan seterunya masing2 benang yang beradu ??? atau mungkin kita akan menyelesaikannya dengan sebuah gunting dan memotong simpul2 itu dan ikta ikat kembali dengan satu simpul mati?

Banyak cara yang bisa dilakukan hanya effeknya akan berbeda dari tiap2 carayang di gunakan. Sama seperti sebuah masalah yang telah bercampur aduk sehingga membuat otak memerintahkan mulut untuk berbicara "Menyerah, sudah letih".

Sebuah Simpul senyum licik, sinis, layaknya cowboy yang menodongkan pistolnya saat ingin merampok sebuah Bank muncul dalam suatu bagian otak terpencil. Seperti sebuah villa besar pada suatu desa yang masih sangat alami. Belum ada polusi, mengalirnya air sungai yang jernih dengan ikan - ikan atraktif meng-elokannya. Seketika sunggingan senyum licik itu berkata "SEGITU DOANG?"

Terlintas semua bayangan apa yang telah di usahakan, hingga tinggal saja merawatnya, mempertahankan, menghias dengan komposisi warna tanpa bahan pengawet. Ya, sesuatu dengan pengawet tidaklah bagus. Keindahan sesaat yang akan menipu kasat mata. Tapi indra perasa, akan menolak karena tahu akan akibat jika terus di konsumsi.

Selasa, 08 Juli 2014

Maaf: MEMBOSANKAN, SAMA


SESAK, setiap kalinya kubaca kembali memory yang ada di suatu halaman, rekaman history ketololan yang kini mungkin tak termaafkan.
tak ada sentuhan maupun cibiran yang tersampaikan melalui frekuensi. Hanya goresan kaca saja membuat linu. Menyayat setiap saraf kepala, menggoreskan nadi, menekan detakan jantung.

masih menyayat sampai kini

Ya, Kebodohan, ketololan, bahkan banyak kata buruk sebagai perumpamaan rekaman usang itu. Dengan pita - pita yang masih utuh tanpa ada goresan sedikitpun pada setiap sisinya.
Berkata maafpun terlalu percuma, MEMBOSANKAN!!!
tanpa adanya suatu tindakan yang berubah.

Bukankah itu yang seringkali tersampaikan pada tiap gerak langkah yang selalu membawamu pergi?
Perubahan ini, tetaplah SAMA.

Jumat, 04 Juli 2014

Tepian Senja


Menepi... ya, alunan ombak kecil itu mulai menepi kembali. Tanpa diundang, tanpa tersadar.
Garis pantai yang pernah kubuat kini mulai memudar. Tersapu olehmu yang selalu datang setiap saat.
Menguat...Aku menguat, berusaha bertahan menahanmu mengambil alih wilayahku.
Selalu kubertahan darimu hingga fokus pada pertahanan apa yang kupertahankan tanpa membuka mata.

Seiring cahaya senja yang menghilang, mataku tak lagi tersilaukan oleh matahari yang menyengat kedua mataku.
Kini kusadar, kau tak lagi mendekat tuk mencoba menerobos jarak, kau tak lagi berupaya memaksa menghilangkan garis itu. Seakan kau berkata selamat tinggal seiring senja menghilang.
Biarkan malam berjalan semestinya. Hingga kau tenggelam dalam gelap malam ini dan diselimuti ribuan cahaya bintang di atasmu.

Bukankah selalu begitu ? Gelombang mu selalu datang menepi tanpa peduli tebalnya tumbuh karang menghadangku. Menghujam kala badai. Menghilang ketika terharap

Mungkinkah adanya daratan baru yang kau tuju kini??? Indahkah daratan itu ??? Yakinkah kau tak kan ada karang tebal di sana yang memaksamu tetap terbatasi???

Betapa jauh daratan itu kini dengan tepian pulau kecil yang selalu kau datangi ? yang selalu memberikan taman tanpa ada jarak yang menjadi batasan untukmu.

Selasa, 01 Juli 2014

Home





Kalau udah capek untuk mencari jati diri, itu mungkin saatnya kita untuk kembali ke rumah. Well, at this point. Setelah gw mulai capek buka blog sana - sini yang akhirnya makin ga jelas, gw sadar kalo gw harus pulang ke rumah gw. Now, Im Home!!!

Setelah postingan terakhir sebelum ini, yang waktu itu emang bikin gw cukup STUCK!!! no way to anywhere, paling enggak setelah gw pulang sekarang ini gw punya banyak cerita yang mungkin bisa gw share lagi disini.

Lama merantau di blog, weblog, atau apapun namanya itu. Sekarang gw udah mulai jelas. Dengan profesi yang cukup jelas, tempat yang cukup jelas, walau emang masih ada beberapa hal dalam diri gw yang ga jelas kayak cacing kepanasan, loh.

Well, sekarang gw udah jadi penyiar. Satu profesi yang emang sempet jadi obsesi gw, yang bikin gw kadang sering ngomong cepet tapi ga jelas :| tapi itu dulu, sekarang ngomong pun udah ga secepet dulu karena ternyata emang hal utama "santai" jadi kuncinya. Tapi sebenernya gw bukan mau cerita kalo gw seorang penyiar. "Mulai pada bingung ya ini tulisan arahnya mau kemana?" xD


Setiap perjalanan emang selalu ada aja hambatannya, ga ada jalan mulus walaupun itu di tol sekalipun. Apalagi gw hidup di negara yang emang banyak jalanan yang tiap tahun harus ada perbaikan. Yaaa u know lah. At least disini jalannya parah banget! mungkin itu alesan kenapa serumit jalanan hidup yang udah gw lewatin sampe akhirnya gw pulang ke sini.

HOME!!! Sebenernya juga bukan kata2 gw sendiri. Entah kenapa itu selalu ngebayangin isi kepala gw yang masih ada otaknya walaupun ga sebesar punya dinosaurus. Pernah ada yang bilang ke gw, "suatu saat ketika kita udah mulai capek, kita bakal pulang kemana kita berasal kok". Dan gw tersadar khususnya sekarang ini kalo ini adalah rumah gw. Awal dimana gw mulai nulis pertama kalinya. Tempat dimana gw bener2 buta sama dunia blog, weblog,web atau jenis spesies lainnya. Tempat buat desigh blogspot aja gw masih di ajarin banget sama temen gw.

Kalo elo udah makin bingung inti dari tulisan ini mau kemana, jawabannya SAMA!!! gw juga sebenernya bingung mau kemana, yang jelas gw sekarang udah pulang ke sini.